Bermalam di Negeri Dongeng

BAYANGKAN jika ada sebuah kota dari emas, sebuah kerajaan yang berusia lebih dari 600 tahun, dimana di dalamnya terdapat upacara-upacara mewah, sebuah keagungan yang bergemerlapan, negeri yang memiliki sejarah luar biasa, makmur tiada tara. Imaji itu membawa saya mengunjungi Brunei Darussalam, sebuah negeri yang memiliki harta karun tak terhingga. Biarlah saya lebay seribu bahasa, karena bermalam di negeri ini seperti sedang berada di negeri dongeng.

Duaribu Sembilan

Dari Sarawak, saya berniat mengunjungi Sabah. Singgah sejenak di Brunei. Bertandang ke negara ini, iman dan takwa saya terasa langsung meningkat nyaris menyentuh level 100%. Ketika saya tiba di Bandar Seri Begawan -penduduk lokal gemar menyingkatnya menjadi BSB-, suasana islami langsung menyergap. Ada seorang teman saya dari Couchsurfing yang menemani berkeliling BSB.



Jika kawan pernah membaca komik Doraemon yang berkisah tentang negeri di atas awan, saya rasa saya sedang berada di negeri itu ketika berada di BSB. Negeri ini begitu makmur, semuanya tertata rapi. Rapi jali sekali.



Sebagai warga Depok, ada satu kemiripan BSB dengan Depok. Sama-sama memiliki masjid dengan kubah bertahtahkan emas. Bedanya di Depok hanya satu masjid berkubah emas, tapi di BSB banyak. Seolah emas mudah dan murah didapatkan di BSB. Mulai dari pagar masjid hingga kubah semuanya terbungkus emas. Bedanya lagi yang tidak terlalu signifikan adalah di Depok ada begal, di BSB tidak ada.

Masjid Jame Asr Hassanil Bolkiah


Masjid pertama di BSB yang saya kunjungi adalah masjid Sultan Hassanil Bolkiah. Masjid ini amat sangat menawan dengan jumlah kubah emas masjid sebanyak 29 buah. Teman saya menceritakan bahwa Sultan Hassanal Bolkiah adalah Raja Brunei ke-29, maka sebagai seorang raja sudah seyogyanya membangun masjid, kali ini beliau membangun masjid untuk menandakan bahwa dirinya adalah Raja Brunei ke-29. Penting, penting sekali belajar sejarah wahai anak muda.

Masjid Omar ali Saefuddin


Nah, masjid bapaknya sultan Brunei lebih cantik lagi. Memang tidak semewah Majid Hasssanal Bolkiah, tapi masjid bapaknya Sultan Brunei ini –sekali lagi- amat sangat cuantik sekali. Saya perkenalkan Masjid Omar Ali Saefuddin. Seolah terletak diatas danau, masjid yang arsitekturnya menyerupai gereja khas di Italia ini konon memang buatan arsitek yang memang berasal dari Italia sana.

Subhannallah...


Di halaman Masjid Omar Ali terdapat bangunan menyerupai kapal yang terhubung dengan jembatan. Dindingnya banyak dibungkus mozaik keramik berwarna warni. Dikala malam, pantulan cahaya masjid sukses membuat saya melafazkan Subhanallah... memang benar berada di Brunei bisa meningkatkan iman dan takwa.



Saya berkesempatan menunaikan Shalat Jumat di Masjid Omar Ali dan Shalat Idul Adha di Masjid Hassanal Bolkiah. Interior kedua masjid itu sekali lagi membuat decak kagum yang teramat sangat. Saya yang biasanya urakan, ketika bisa berada di dalam masjid itu saja rasanya sudah sangat islami sekali. Semoga bisa sampai di Mekkah suatu hari nanti.

###

Dari beberapa negara yang pernah saya kunjungi, mungkin Brunei adalah negara yang paling gemah ripah loh jinawi makmur sejahtera sentosa. Padahal di negara itu sama sekali tidak menganut Pancasila sebagai dasar negara. Kekayaan negara benar-benar dimaksimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Hingga saya bertanya kepada teman saya, apabila Brunei diserang negara lain, bagaimana sistem pertahanan negaranya. Mengingat jumlah penduduk di negeri ini hanya 400.000 jiwa. Kalau saya tidak salah.



Teman saya menjelaskan bahwa Brunei telah memiliki pasukan pertahanan khusus yang disewa dari negara lain. Gampangnya nyewa tentara beserta alutsista-nya. Sudah saking makmurnya ini negara, sampai urusan serdadu pun dibikin sistem bayaran. Luar biasa. Tidak usah ya dibandingkan dengan negara saya, -yang saya sendiri mabok untuk menjelaskan-. Tapi biar bagaimanapun saya masih tetap cinta Indonesia. Tanah air beta tiada duanya.

###
Kawan, jika berkunjung ke Brunei selain kedua masjid termasyhur tadi, singgahlah di tempat-tempat berikut:

PUSAT BELIA
Sebenarnya apa itu Pusat Belia? Bangunan yang terletak di jantung kota BSB ini merupakan asrama untuk para pemuda atau atlet yang bertandang ke Brunei. Jika tidak sedang masa kompetisi olahraga, Pusat belia ini juga disewakan untuk turis muda yang kekurangan ongkos macam saya. Fasilitas di Pusat Belia lumayan lengkap. Kolam renang layaknya hotel berbintang juga disediakan. Asrama untuk putra dan putri dipisah, jadi kawan jika bepergian dengan pacar, selingkuhan, gebetan, cem-ceman harus kudu wajib dipisah asrama nya. Bagaimana kalau sudah menikah, yaudah sih cari aja hotel. Ribet.



Kamar asrama Pusat Belia lumayan besar. Masing-masing kamar isi 4 beds, sayangnya kamar mandi terpisah diluar. Ketika saya menginap di Pusat Belia, harga sewa masih 10 Dollar Brunei per malam. Nilai dollar Brunei dan Singapura sama, jadi boleh menggunakan mata uang Singapura selama tinggal di Brunei.

JERUDONG PARK
Beberapa tahun silam, di Jerudong Park ini disediakan taman bermain mirip Dufan oleh Pemerintah Brunei. Roller coaster, gentle rides, kemidi putar, dan sebagainya. Sekarang yang tersisa hanya monument cincin berlian segede-gede dosa yang menjulang berkilau. Teman saya bilang itu berlian asli. Percaya atau tidak, ini Brunei man.

Diamond, for real?


ROYAL REGALIA
Letaknya sepelemparan kolor dari Pusat Belia. Persis berseberangan, sudah terlihat kubah Royal Regalia. Bangunan ini sebenarnya sebuah museum dimana kerjaan Brunei menyimpan pusaka dan kereta kerajaan yang berbalut emas. Untuk masuk ke dalamnya diperlukan tiket. Entah rejeki darimana, waktu itu ibu-ibu petugas Royal Regalia memperbolehkan saya masuk gratis. Saya taksir kenapa bisa mendapatkan tiket gratis karena si ibu-ibu itu penggemar sinetron Indonesia, mungkin dia menganggap saya sangat mirip dengan Ari Wibowo, dibiarkanlah saya hilir-mudik di dalam Royal Regalia mengamati Royal Charriot milik sang Sultan. Rejeki tampang mirip bintang sinetron.

Royal Regalia

King's Royal Charriot


ISTANA NURUL IMAN
Sayangnya istana ini hanya dibuka untuk umum pada saat Idul Fitri. Padahal saya rela berjalan kaki selepas Shalat Iedul Adha dari Masjid Hasanal Bolkiah. Beberapa pengendara agak bingung tampaknya melihat saya berjalan kaki. Sebuah pemandangan yang jarang dilihat di Brunei jika ada orang berjalan kaki, walau hanya 4km jauhnya. Asumsinya, tidak ada orang miskin di Brunei. Mereka semua mempunyai kendaraan jadi tidak mungkin berjalan kaki. Lalu siapa itu yang berjalan kaki di pinggir jalan sambil membawa kamera, rakyat Brunei pasti menganggap dia seorang kresecker. Biarlah, biarlah begitu, toh itu terjadi sekali seumur hidup.

Open for public  ONLY on Iedul Fitr

Nurul Iman Palace


AIR TERJUN TASIK LAMA
Taman ini sebenarnya tidak terlalu spesial. Sebagai orang Indonesia, saya sangat dimanjakan dengan air terjun di Indonesia dan taman-taman spektakuler seantero negeri. Tapi berhubung sedang berada di Brunei, mengunjungi Taman Tasik Lama merupakan opsi yang baik. Air terjunnya tidak terlalu tinggi, tapi cukup untuk memberikan suasana alam bagi rakyat Brunei yang tidak terlalu banyak.

The waterfall

KAMPONG AYER
Kampung ini letaknya diatas air. Di pinggir muara sungai Kianggeh rupanya banyak penduduk yang tinggal. Tidak ada kesan kumuh sama sekali. Memang beberapa warga tinggal di atas sungai tapi benar-benar bersih dan tidak kumuh. Saya menjelajahi kampong ini ketika pagi hari sambil lari pagi. Suasana berlari di geladak jalan di sekitar rumah penduduk, memberikan kesan unik sebuah lari pagi.

Kampong Ayer

Always fun to have a morning jogging, especially in Kampong Ayer

PASAR TAMU KIANGGEH
Semakin jauh masuk ke dalam pasar, semakin saya merasa sudah kembali ke pulau Jawa. Penjual makanan di pasar ini banyak orang jawa ternyata. Bahasa yang digunakan ketika mereka berkumpul adalah bahasa jawa. Di pasar ini pun bisa ditemukan makanan satu dollar-an macam nasi uduk telur atau nasi rames. Lapar di Brunei? Pergilah ke Pasar Kianggeh

Entrance to Pasar Tamu Kianggeh

Kianggeh River where you can take a boat to the Kampong Ayer

HOTEL EMPIRE
Suatu saat saya akan menginap di hotel ini. Hotel ini di-klaim sebagai hotel bintang enam yang ada di Asia Tenggara. Super mewah menghadap ke laut Cina Selatan. Saya terkesima dengan sebuah danau yang ada di Hotel Empire. Ternyata saya salah, itu bukanlah sebuah danau. Tapi kolam renang, yang lagi-lagi diakui sebagai kolam renang terbesar se-Asia Tenggara.

A lavish six star hotel where i used to sleep lol

The best spot to enjoy the breeze of the South China sea

###

Brunei Darussalam secara keseluruhan sangat mewakili gambaran sebuah negeri yang makmur sejahtera. Sebuah bukti bahwa negara benar-benar menjamin kehidupan warganya. Meninggalkan Brunei, saya berharap suatu saat negara saya bisa lebih makmur dari Brunei. Ironisnya di perjalanan keluar Brunei menuju Kota Kinabalu, saya berkenalan dengan Thoyyibah. Seorang tenaga kerja wanita yang selesai berjuang membawa nama bangsa sebagai pahlawan devisa. Kawan, saya akan ceritakan nanti kisah Thoyyibah ini sewaktu pulang ke Indonesia. 

and the journey continues..


@arkilos






Komentar